Cerita Berlibur Parfum-parfum CDG - RiangRia Blog - Hallo sahabat Visible to Books Library, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cerita Berlibur Parfum-parfum CDG - RiangRia Blog , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Cerita Berlibur Parfum-parfum CDG - RiangRia Blog
link : Cerita Berlibur Parfum-parfum CDG - RiangRia Blog
Dan itu bukan interaksi pertama saya dengan orang Indonesia di bandara luar negeri � maksudnya yang belum saya kenal sebelumnya. Yang pertama terjadi lebih dari 2 tahun sebelumnya, sekitar pertengahan April 2003. Waktu itu saya dan Panji sedang transit di Bandara Charles de Gaulle (CDG), Paris. Waktu transit yang cukup panjang, 6 jam, memungkinkan saya hunting suvenir di Terminal B yang tak seberapa luas itu. Tapi cukup luas lho buat menampung koleksi ratusan parfum. (Seorang penulis rubrik kecantikan menyebut, CDG dan Bandara Vancouver punya koleksi makeup terlengkap.)
Ya, di situ saya mencoba-coba parfum sampai �mabuk� dengan seorang kenalan dadakan, Sulianto. Kebetulan, orang-orang Indonesia yang transit di CDG, berasal dari negara keberangkatan yang tak lazim jadi tujuan wisata. Seperti sekelompok cowok bertampang cuek yang main gaple (di CDG!), yang dalam perjalanan menjauhi tempat kerja mereka, Pantai Gading. Atau saya dan Panji dari Meksiko. Atau Sulianto yang habis dikirim ke Ekuador oleh kantornya, Astra. Selagi Panji mengobrol dengan cowok-cowok dari Pantai Gading itu, saya dan Sulianto memutuskan membunuh waktu dengan kegiatan yang menyenangkan. Apalagi kalau bukan main-main parfum. Habis Perancis, kan terkenal sebagai negeri penghasil parfum. Lagi pula siapa tahu, siapa tahu lho, parfum di CDG lebih murah.
Eh, ternyata enggak juga. Setidaknya parfum yang saya pakai, harganya sama saja dengan di Jakarta. Tapi Sulianto ngotot membeli sebotol parfum dengan kemasan ungu � saya lupa mereknya � karena dipesan temannya. Nah, sebelum membungkus parfum itu, asyiklah kami menyemprotkan aneka parfum ke pergelangan tangan. Habis setiap jengkal pergelangan tangan � sampai kami bingung, parfum mana yang disemprotkan ke mana, hihihi � barulah kami beralih ke kertas tester. Sumpah saking banyak, saya cuma ingat satu parfum: Glow by Jennifer Lopez. Pasti berkesanlah, soalnya waktu itu baru dirilis sama JLo dan dipajang di depan jalan masuk gerai.
Sayang sampai di situ saja saya interaksi saya dengan Sulianto. Soalnya di pesawat tempat duduk kami terpisah jauh; kami di sektor depan kabin ekonomi, sedangkan dia jauh di belakang. Dan saya pun tak menemukannya ketika sudah sampai Bandara Soekarno-Hatta - sibuk mengurusi diri sendiri, mana kartu imigrasi saya terselip. Yah, mana tahu nanti kita main-main di bandara lagi. Di Bandara Internasional OR Tambo misalnya? Maunya tuh.
Anda sekarang membaca artikel Cerita Berlibur Parfum-parfum CDG - RiangRia Blog dengan alamat link https://riangria-alien.blogspot.com/2007/06/cerita-berlibur-parfum-parfum-cdg.html
Judul : Cerita Berlibur Parfum-parfum CDG - RiangRia Blog
link : Cerita Berlibur Parfum-parfum CDG - RiangRia Blog
Cerita Berlibur Parfum-parfum CDG - RiangRia Blog
Bandara Dubai, Uni Emirat Arab, 20 Mei 2005, jam 04.00 waktu setempat, di bangku tunggu penumpang. Satu jam menjelang kepulangan saya ke Jakarta, dengan penerbangan Emirates.
�Where are you going?� tanya seorang pria dengan rambut mulai memutih, tersisir rapi ke belakang � saya perkirakan usianya 50 tahunan.
Saya mulai merespons pertanyaannya dengan senyuman. Habis, si Bapak ini tampangnya sedikit Jawa. Dia terkecoh rambut cokelat saya, rupanya. Maka, saya dengan santai menyahut, �Ke Jakarta, Pak.�
Bapak itu terkejut. �Lho, orang Indonesia toh,� katanya. Saya mengangguk. Lalu kami berbasa-basi, saling bertanya dari mana saja dan dengan siapa. Dia makin terkejut saat tahu saya jalan sendirian ke Eropa. Sementara ke benua yang sama, dia ikut tur bersama beberapa puluh rekannya. Ya ampun, Pak, saya bukan pelopor jalan-jalan ke Eropa sendirian, juga bukan yang terakhir. Bahkan di kalangan teman baik saya sendiri. Manda dan Risna yang mengawali, saya cuma terinspirasi.
***
�Where are you going?� tanya seorang pria dengan rambut mulai memutih, tersisir rapi ke belakang � saya perkirakan usianya 50 tahunan.
Saya mulai merespons pertanyaannya dengan senyuman. Habis, si Bapak ini tampangnya sedikit Jawa. Dia terkecoh rambut cokelat saya, rupanya. Maka, saya dengan santai menyahut, �Ke Jakarta, Pak.�
Bapak itu terkejut. �Lho, orang Indonesia toh,� katanya. Saya mengangguk. Lalu kami berbasa-basi, saling bertanya dari mana saja dan dengan siapa. Dia makin terkejut saat tahu saya jalan sendirian ke Eropa. Sementara ke benua yang sama, dia ikut tur bersama beberapa puluh rekannya. Ya ampun, Pak, saya bukan pelopor jalan-jalan ke Eropa sendirian, juga bukan yang terakhir. Bahkan di kalangan teman baik saya sendiri. Manda dan Risna yang mengawali, saya cuma terinspirasi.
***
Dan itu bukan interaksi pertama saya dengan orang Indonesia di bandara luar negeri � maksudnya yang belum saya kenal sebelumnya. Yang pertama terjadi lebih dari 2 tahun sebelumnya, sekitar pertengahan April 2003. Waktu itu saya dan Panji sedang transit di Bandara Charles de Gaulle (CDG), Paris. Waktu transit yang cukup panjang, 6 jam, memungkinkan saya hunting suvenir di Terminal B yang tak seberapa luas itu. Tapi cukup luas lho buat menampung koleksi ratusan parfum. (Seorang penulis rubrik kecantikan menyebut, CDG dan Bandara Vancouver punya koleksi makeup terlengkap.)
Ya, di situ saya mencoba-coba parfum sampai �mabuk� dengan seorang kenalan dadakan, Sulianto. Kebetulan, orang-orang Indonesia yang transit di CDG, berasal dari negara keberangkatan yang tak lazim jadi tujuan wisata. Seperti sekelompok cowok bertampang cuek yang main gaple (di CDG!), yang dalam perjalanan menjauhi tempat kerja mereka, Pantai Gading. Atau saya dan Panji dari Meksiko. Atau Sulianto yang habis dikirim ke Ekuador oleh kantornya, Astra. Selagi Panji mengobrol dengan cowok-cowok dari Pantai Gading itu, saya dan Sulianto memutuskan membunuh waktu dengan kegiatan yang menyenangkan. Apalagi kalau bukan main-main parfum. Habis Perancis, kan terkenal sebagai negeri penghasil parfum. Lagi pula siapa tahu, siapa tahu lho, parfum di CDG lebih murah.
Eh, ternyata enggak juga. Setidaknya parfum yang saya pakai, harganya sama saja dengan di Jakarta. Tapi Sulianto ngotot membeli sebotol parfum dengan kemasan ungu � saya lupa mereknya � karena dipesan temannya. Nah, sebelum membungkus parfum itu, asyiklah kami menyemprotkan aneka parfum ke pergelangan tangan. Habis setiap jengkal pergelangan tangan � sampai kami bingung, parfum mana yang disemprotkan ke mana, hihihi � barulah kami beralih ke kertas tester. Sumpah saking banyak, saya cuma ingat satu parfum: Glow by Jennifer Lopez. Pasti berkesanlah, soalnya waktu itu baru dirilis sama JLo dan dipajang di depan jalan masuk gerai.
Sayang sampai di situ saja saya interaksi saya dengan Sulianto. Soalnya di pesawat tempat duduk kami terpisah jauh; kami di sektor depan kabin ekonomi, sedangkan dia jauh di belakang. Dan saya pun tak menemukannya ketika sudah sampai Bandara Soekarno-Hatta - sibuk mengurusi diri sendiri, mana kartu imigrasi saya terselip. Yah, mana tahu nanti kita main-main di bandara lagi. Di Bandara Internasional OR Tambo misalnya? Maunya tuh.
Demikianlah Artikel Cerita Berlibur Parfum-parfum CDG - RiangRia Blog
Sekianlah artikel Cerita Berlibur Parfum-parfum CDG - RiangRia Blog kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Cerita Berlibur Parfum-parfum CDG - RiangRia Blog dengan alamat link https://riangria-alien.blogspot.com/2007/06/cerita-berlibur-parfum-parfum-cdg.html
Komentar
Posting Komentar