Cerita Berlibur Barcelona=Bombay? - RiangRia Blog - Hallo sahabat Visible to Books Library, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cerita Berlibur Barcelona=Bombay? - RiangRia Blog , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Cerita Berlibur Barcelona=Bombay? - RiangRia Blog
link : Cerita Berlibur Barcelona=Bombay? - RiangRia Blog
Anda sekarang membaca artikel Cerita Berlibur Barcelona=Bombay? - RiangRia Blog dengan alamat link https://riangria-alien.blogspot.com/2007/03/cerita-berlibur-barcelonabombay.html
Judul : Cerita Berlibur Barcelona=Bombay? - RiangRia Blog
link : Cerita Berlibur Barcelona=Bombay? - RiangRia Blog
Cerita Berlibur Barcelona=Bombay? - RiangRia Blog
"Dalam 20 tahun, London bakal jadi Bombay!" teman saya, Manda, meyakinkan sekitar 3 tahun lalu.
***
Tiba-tiba, dua pria yang berdiri di depan saya - salah satunya kenalan saya, Phanindra - bertukar kata dalam bahasa yang asing buat saya. Saya tak mengerti sepatah kata pun - kedengarannya seperti mereka sedang merapalkan mantra. Apa mereka berbicara dalam bahasa Hindi? Maksud saya, Phanindra berasal dari India.
"Tahu nggak, pemilik hostel ini," Phanindra merujuk pada pria yang barusan diajaknya bicara, selagi kami keluar dari hostelnya yang mungil tapi manis, Sun & Moon, "ternyata orang India. Itu sebabnya kau tak paham apa yang kami bicarakan." Karena pria itu tak bisa memenuhi kebutuhan Phanindra, yakni sebuah kamar kosong, dia memberi referensi ke hostel lain. Yang kebetulan juga dimiliki seorang India.
Di mana saya?
Bombay? Saya belum berencana ke India, jadi jawabannya NGGAK.
London? NGGAK banget (eh, bukan karena banyak orang India, lho. Tapi apa ciri khas London? Big Ben? Di Bukittinggi juga ada Jam Gadang). Mendingan saya balik ke Paris.
Ummm, ngomong-ngomong, saya di Barcelona. Barcelona yang di Spanyol itu.
***
Sumpah, banyak banget India di BCN. Saya mulanya kaget. Teman saya memang telah memberitahukan soal besarnya komunitas mereka di London. Dan sepanjang perjalanan Paris-Barcelona dengan bus Eurolines, saya mengobrol dengan dua pria India - salah satunya Phanindra - jadi saya rasa cukup. Bukan berarti tak menyenangkan - ya ampun, betapa membosankannya menempuh 15 jam perjalanan tanpa teman mengobrol. Kedua pria itu, bak orang Asia umumnya, sangat ramah dan sopan. Bahkan berwawasan luas, kelihatan dari cara mereka bicara dan yang mereka bicarakan. Kalau nggak salah, mereka dikirim badan sosial negeri mereka ke Paris buat penelitian. Salah satunya - saya lupa namanya, Vijay? Udah deh jangan ngarang - sempat menyatakan keinginan buat bekerja di dunia politik. Kendati menurutnya dunia politik India carut-marut, toh itu dianggapnya tantangan. Tapi mereka tak serius-serius amat. Begitu saya ceritakan soal pekerjaan saya di media hiburan, mereka kontan meributkan soal perangai artis-artis Bollywood, seperti Aishwarya Rai dan Viveik Oberoi yang mereka nilai menyebalkan.
Masalahnya, saya nggak pernah membayangkan ada begitu banyak orang India di Barcelona! Mereka ada di mana-mana. Sebagian terjun dalam bisnis hostel dan warung shwarma di La Rambla. Sebagian lagi, sepengetahuan dan sepenglihatan saya, menggelar dagangan berupa aksesoris wanita seperti pashmina. Entah di tepi pantai Barceloneta atau di kawasan elite Passeig de Gracia - kayaknya sih yang terakhir pedagang ilegal. Belum cukup? Saat saya berfoto di depan Parc G�ell, tanpa saya sadari seorang cowok India ikutan nampang. Halah!
***
Tiba-tiba, dua pria yang berdiri di depan saya - salah satunya kenalan saya, Phanindra - bertukar kata dalam bahasa yang asing buat saya. Saya tak mengerti sepatah kata pun - kedengarannya seperti mereka sedang merapalkan mantra. Apa mereka berbicara dalam bahasa Hindi? Maksud saya, Phanindra berasal dari India.
"Tahu nggak, pemilik hostel ini," Phanindra merujuk pada pria yang barusan diajaknya bicara, selagi kami keluar dari hostelnya yang mungil tapi manis, Sun & Moon, "ternyata orang India. Itu sebabnya kau tak paham apa yang kami bicarakan." Karena pria itu tak bisa memenuhi kebutuhan Phanindra, yakni sebuah kamar kosong, dia memberi referensi ke hostel lain. Yang kebetulan juga dimiliki seorang India.
Di mana saya?
Bombay? Saya belum berencana ke India, jadi jawabannya NGGAK.
London? NGGAK banget (eh, bukan karena banyak orang India, lho. Tapi apa ciri khas London? Big Ben? Di Bukittinggi juga ada Jam Gadang). Mendingan saya balik ke Paris.
Ummm, ngomong-ngomong, saya di Barcelona. Barcelona yang di Spanyol itu.
***
Sumpah, banyak banget India di BCN. Saya mulanya kaget. Teman saya memang telah memberitahukan soal besarnya komunitas mereka di London. Dan sepanjang perjalanan Paris-Barcelona dengan bus Eurolines, saya mengobrol dengan dua pria India - salah satunya Phanindra - jadi saya rasa cukup. Bukan berarti tak menyenangkan - ya ampun, betapa membosankannya menempuh 15 jam perjalanan tanpa teman mengobrol. Kedua pria itu, bak orang Asia umumnya, sangat ramah dan sopan. Bahkan berwawasan luas, kelihatan dari cara mereka bicara dan yang mereka bicarakan. Kalau nggak salah, mereka dikirim badan sosial negeri mereka ke Paris buat penelitian. Salah satunya - saya lupa namanya, Vijay? Udah deh jangan ngarang - sempat menyatakan keinginan buat bekerja di dunia politik. Kendati menurutnya dunia politik India carut-marut, toh itu dianggapnya tantangan. Tapi mereka tak serius-serius amat. Begitu saya ceritakan soal pekerjaan saya di media hiburan, mereka kontan meributkan soal perangai artis-artis Bollywood, seperti Aishwarya Rai dan Viveik Oberoi yang mereka nilai menyebalkan.
Masalahnya, saya nggak pernah membayangkan ada begitu banyak orang India di Barcelona! Mereka ada di mana-mana. Sebagian terjun dalam bisnis hostel dan warung shwarma di La Rambla. Sebagian lagi, sepengetahuan dan sepenglihatan saya, menggelar dagangan berupa aksesoris wanita seperti pashmina. Entah di tepi pantai Barceloneta atau di kawasan elite Passeig de Gracia - kayaknya sih yang terakhir pedagang ilegal. Belum cukup? Saat saya berfoto di depan Parc G�ell, tanpa saya sadari seorang cowok India ikutan nampang. Halah!
Demikianlah Artikel Cerita Berlibur Barcelona=Bombay? - RiangRia Blog
Sekianlah artikel Cerita Berlibur Barcelona=Bombay? - RiangRia Blog kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Cerita Berlibur Barcelona=Bombay? - RiangRia Blog dengan alamat link https://riangria-alien.blogspot.com/2007/03/cerita-berlibur-barcelonabombay.html
Komentar
Posting Komentar