Cerita Berlibur Teori Terbalik dengan Kenyataan - RiangRia Blog

Cerita Berlibur Teori Terbalik dengan Kenyataan - RiangRia Blog - Hallo sahabat Visible to Books Library, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cerita Berlibur Teori Terbalik dengan Kenyataan - RiangRia Blog , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Cerita Berlibur Teori Terbalik dengan Kenyataan - RiangRia Blog
link : Cerita Berlibur Teori Terbalik dengan Kenyataan - RiangRia Blog

Baca juga


Cerita Berlibur Teori Terbalik dengan Kenyataan - RiangRia Blog

Sebelum jalan-jalan di Eropa, saya memiliki impresi tertentu tentang bangsa tertentu. Entah dari berita yang saya lihat di teve, baca di koran, atau dari obrolan dengan teman. Tapi begitu sampai di Eropa, fakta berkata lain. Hampir semua teori saya terbalik. (sSetidaknya berlaku buat saya, barangkali lain orang, lain pengalaman!)
Nah, teori saya mengemukakan, orang Inggris, seperti negerinya yang jarang bersimbah cahaya matahari, dingin. Mungkin saya terpengaruh protokoler kerajaan Inggris yang ketat. Ternyata, ya ampun, mereka termasuk makhluk paling menyenangkan di dunia ini! Ketika saya terbengong-bengong di hostel saya di Barcelona, mereka mengajak mengobrol sembari makan siang. Juga makan malam, walau saya tolak karena kecapekan. Dan menunjukkan tempat-tempat yang mungkin bermanfaat buat saya. Sumpah, saya syok. Memang betul kata pepatah, don�t judge a book by its cover.Yang lucu, kami sampai pada kesimpulan yang sama tentang satu bangsa (sebaiknya tidak saya tulis di sini). Itu terjadi setelah Natasha, salah satu dari mereka, bertanya kota mana saja di Eropa yang sudah saya singgahi. Ketika saya menyebut kota itu, Natasha memotong, �Bagaimana pendapatmu tentang orang-orang di sana? I don�t like them. They're snob.� Really? Saya dibuatnya terkejut lagi. Karena saya juga tidak menyukai mereka. Ketika Natasha mengajukan argumennya, saya bisa mengerti. Tepat seperti itulah perasaan saya. Bayangkan saja, dari sekian banyak orang di kota itu, masa yang saya kategorikan baik cuma tetangga teman saya, yang pasangan kakek-nenek? Dan jangan kira teman saya betah tinggal di situ. Ketika saya tanyakan kemungkinannya menetap dan menikahi pria lokal, dia langsung memandang saya dengan ngeri: �Enggak maulah, gue mau nikah sama orang Indonesia!� Padahal, duh, kalau jalan-jalan, dia yang ribut tentang gantengnya cowok-cowok lokal. �Ka, lihat tuh, sopir bus aja ganteng banget!� begitu contoh kehebohannya. Tapi tekadnya buat tidak terlibat dengan pria lokal tetap bulat. Dan, hampir 2 tahun kemudian dari hari itu, dia menikahi seorang pria Indonesia : ).
Impresi dingin juga melekat dalam benak saya tentang Jerman. Iya, sampai sekarang pun saya masih berpendapat bahwa Jerman itu dingin (maksudnya cuacanya tetap saja dingin, walau mau masuk musim panas), bangunan-bangunannya sama dingin (kebanyakan bentuknya kotak-kotak), orang-orangnya apalagi. Sumpah, saya enggak terkesan sama sekali dengan salah satu dari mereka yang mencoba menabrak teman saya dengan sepeda. Pokoknya Jerman, dalam segala segi, nyaris semua dingin! Eh, kecuali 2 keajaiban: Wolfgang dan Biss. Yang pertama, ya siapa lagi kalau bukan suaminya Dedes itu � sampai sekarang saya masih terkagum-kagum, ada makhluk seramah itu. Yang kedua, majalah yang menurut oknum H diciptakan buat mengakomodasi orang-orang yang enggak punya pekerjaan. Biss banyak digenggam sejumlah penjual di pusat kota Munich, Marienplatz-Odeonsplatz. Sekitar 500 meter sekali, boleh dibilang kelihatan orang menawarkan Biss. Pemandangan yang lumayan mencolok, apalagi area jualan mereka tak dilengkapi media cetak lain dan kios. Ya, adanya cuma seorang pria � kadang ditemani anjing � menggenggam beberapa eksemplar Biss.
Sejarah terbitnya Biss, kalau enggak salah nih, berawal dari banyak pabrik dialihkan ke China yang biaya pekerjanya lebih murah � pantas Perancis sempat menentang China juga Amerika. Alhasil banyak orang Jerman kehilangan pekerjaan. Nah, buat mereka yang enggak mau merepotkan negara, disediakanlah Biss. Konon seluruh keuntungan dari penjualan majalah itu � yang konon juga artikelnya ditangani penulis serius (duh konon melulu, mesti dicek nih benar atau enggak!) � buat para penjual. Yang beli majalah itu, kata oknum H lagi, ada saja, walau motifnya entah suka, butuh, atau kasihan.
Hmmm, dari kisah Biss itulah, setidaknya ada simpati saya buat Jerman. Tapi negara sebelumnya, tetap tidaaaaaaaaakkkkk (keukeuh, hehehe)! Soal impresi yang salah itu, juga saya temukan pada orang Perancis. Padahal sebelum menginjak Paris, satu-satunya orang Perancis yang tampangnya enggak jutek cuma M Ghislain de Rozieres yang mengajar saya dan teman-teman waktu kuliah dulu. Eh, tapi siapa coba yang paling sering menolong saya di Eropa? Orang Perancis. Dan itu mereka lakukan sebelum mendengar satu patah kata pun dalam bahasa Perancis terlontar dari mulut saya! Misalnya, cewek asal Grenoble yang duduk di hadapan saya dalam kereta Eurostar Milan-Roma, yang tanpa saya minta menawarkan untuk membenahi travel bag saya ke tempat penyimpanan tas - yang tak mampu saya jangkau karena terlalu tinggi buat saya : (. Juga beberapa orang lain - seperti cewek yang membantu saya membeli tiket lewat mesin tapi kok gagal juga (apalagi saya yang enggak pernah berurusan dengan mesin begituan), belum lagi Julien, pacarnya teman saya, Sandy, yang masak ini-itu buat nyenang-nyenangin saya! Huoh, enggak nyangka deh Paris itu full senyum! Apalagi hati saya sudah kecemplung di Sungai Seine... jadi saya pasti bakal balik lagi ke sana!


Demikianlah Artikel Cerita Berlibur Teori Terbalik dengan Kenyataan - RiangRia Blog

Sekianlah artikel Cerita Berlibur Teori Terbalik dengan Kenyataan - RiangRia Blog kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Cerita Berlibur Teori Terbalik dengan Kenyataan - RiangRia Blog dengan alamat link http://riangria-alien.blogspot.com/2017/07/cerita-berlibur-teori-terbalik-dengan.html

Komentar