Cerita Berlibur Salzburg, Setahun Lalu - RiangRia Blog

Cerita Berlibur Salzburg, Setahun Lalu - RiangRia Blog - Hallo sahabat Visible to Books Library, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cerita Berlibur Salzburg, Setahun Lalu - RiangRia Blog , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Cerita Berlibur Salzburg, Setahun Lalu - RiangRia Blog
link : Cerita Berlibur Salzburg, Setahun Lalu - RiangRia Blog

Baca juga


Cerita Berlibur Salzburg, Setahun Lalu - RiangRia Blog


Setahun lalu, 5 Juni 2006. Salah satu perjalanan tergila saya.
Sebelum terbang ke Munich pada 1 Juni 2006, saya janjian dengan 2 teman kuliah saya yang tinggal di sana, Manda dan Dedes, buat jalan-jalan bareng ke Salzburg, Austria. Pantasnya sih kami jalan-jalan di Paris - secara kami teman kuliah di Sastra Prancis, begitu. Tapi jauh dari Munich. Lagi pula, berwisata bareng teman kuliah di Salzburg, nun jauh dari Indonesia, jadi sesuatu yang patut dikenang.
Kami berangkat ke Salzburg sekitar jam 07.30 pagi dari Muenchen Hbf atau Stasiun Utama Munich, naik kereta murah Munich-Salzburg PP dengan tarif murah untuk ukuran Eropa: 25 euro maksimal berlima! Tiba di Salzburg Hbf dua jam kemudian.
Yang kami cari di Salzburg, lokasi syuting Sound of Music serta tempat-tempat yang berhubungan dengan komposer musik klasik Wolfgang Amadeus Mozart. Awalnya semua lancar. Kami berhasil menemukan Schloss Mirabel (di atas foto kami di Schloss Mirabel), salah satu lokasi Sound of Music, dan rumah kelahiran Mozart. Berkat bantuan Manda yang pinter baca peta dan pede berbahasa Jerman, hehehe. Sampai kami mencari rumah keluarga Von Trapp-nya Sound of Music. Sopir bus memberi tahu kami buat turun di sebuah kompleks perumahan. Begitu turun, kami terbengong-bengong. Apa iya rumah Von Trapp yang megah, yang menghadap danau, ada di sekitar situ? Kayaknya nggak ada tanda-tanda kehidupan pariwisata, deh. Dari perhentian bus, Manda memutuskan belok kanan sesuai instruksi si sopir. Tapi sebagai pengganti rumah, di kanan kiri kami adanya ladang dan pepohonan. Nah lho. Tapi berhubung masih jauh dari ujung jalan, lanjut.
Eh, betul. Menjelang ujung jalan, keramaian mulai terlihat. Di samping kanan jalan ada sebuah rumah makan. Belok kanan sedikit, nah, tuh rumahnya di seberang danau. Ada yang berperahu di danau, ada yang sekadar melihat pemandangan rumah Von Trapp dari kejauhan seperti kami, ada yang joging malah. Setelah foto-foto sebentar dengan latar belakang rumah Von Trapp, kami meninggalkan lokasi dan menuju, apa ya, bekas tempat tinggal si Mozart kalau nggak salah. Habis itu kami mampir di sebuah kafe di sebelahnya buat menghangatkan diri. Begitulah, meski hampir masuk musim panas, Salzburg teuteup dingin. Untungnya Manda berbaik hati meminjamkan mantelnya, buat saya pakai selama liburan. Kalau cuma pakai jaket yang saya beli di Jakarta, selamet deh.
Di kafe, seperti biasa, kami pesan cappucino. Saya tergiur beli cake, tapi kok nggak ada apfelstrudel, ya? Piye toh, kok kue khas Austria itu nggak dijual di situ. Ya sudah, saya batal makan cake, habis seleranya lagi berpihak pada apfelstrudel, sih. Ngobrol tak sampai setengah jam, eh, sudah jam 14.30! Kami harus buru-buru balik ke stasiun untuk mengejar kereta jam 15.00. Kok buru-buru, padahal Salzburg masih terang. Saya yang jadi gara-gara. Berhubung jatah liburan sempit tapi ngotot mau ke Paris, jadilah jadwal kepergian ke Salzburg dinomorsekiankan di antara jadwal lain. Habis cuma 11 hari di Eropa - berikut jadwal PP - maunya banyak. Mau ke Paris, Vaduz, Zurich, Mittenwald. Salzburg juga masih mau. Malah tadinya mau tambah Amsterdam segala. Ya repot.
Ya, biar saya tak ketinggalan bus dari terminal Eurolines di Frottmaning, di depan Stadion Allianz-nya Bayern Muenchen, kami cuma sempat jalan-jalan 5 jam di Salzburg. Bus menuju Paris itu berangkat jam 18.30. Biasanya jadwal keberangkatan Eurolines tepat, jadi kami nggak mau bertaruh. Jam 15.10, kereta bergerak meninggalkan Salzburg. Sesuai jadwal, tiba di Muenchen Hbf jam 17.10. Nah, di sini kekacauan terjadi. Dedes ternyata nggak tahu u-bahn atau s-bahn (bahasa lainnya metro atau subway) mana yang mesti diambil buat menuju Frottmaning! Sementara Manda yang tahu jalan ke sana tak lagi bersama kami, sudah turun duluan di Stasiun Muenchen Ostbahnof yang lebih dekat ke rumahnya. Mati gua! Dedes mulanya mencoba mereka-reka sendiri, metro mana yang mesti kami ambil. Sementara saya panik, "Ayo tanya polisi!" Nah, masalahnya saya nggak bisa bahasa Jerman, jadi mengandalkan Dedes. Jam 17.30, ketika tak juga ingat metro mana menuju Frottmaning, Dedes bertanya pada polisi. Setelah meneriakkan "danke schoen!", kami berlari menuju perhentian metro itu. Maksudnya saya berlari di belakang Dedes - wong saya sama sekali nggak paham petunjuk di sekeliling stasiun yang menggunakan bahasa Jerman. Jam 17.45, kami sampai di perhentian s-bahn menuju Frottmaning. Eh, mesti menunggu 10-15 menit buat kedatangan s-bahn. Dedes ikut senewen. "Duh cepetan dong datangnya," katanya. Sekitar jam 18.00, s-bahn yang dinanti-nanti muncul. Perjalanan ke Frottmaning makan waktu 20 menitan. Deg-degan, jelas. Soalnya tiket ke Paris, berhubung belinya dadakan, mahal bo! Sekitar 110 euro atau 1,2 juta rupiah PP (nyokap kalau tahu bisa nyap-nyap nih, hehehe).
Tepat jam 18.20, s-bahn berhenti di Frottmaning. Kacaunya lagi, kami naik gerbong yang salah. Mestinya ambil gerbong belakang biar gampang menjangkau terminal. Eh, kami malah naik di depan. Alhasil kami mesti berlari menyusuri stasiun, belum lagi berlari mendaki tangga terminal Eurolines yang banyak itu. Sampai di atas, kami mencari-cari gerbang keberangkatan. Ketemu, kami turun lewat tangga lain untuk menuju bus. Alhamdulillah, masih jam 18.25! Dengan ngos-ngosan, saya pamit pada Dedes. Dan setelah melambaikan tangan sambil bilang "hati-hati," Dedes meninggalkan terminal. Lantas, bus berangkat pada jam 18.30. Tidak. Untuk kedua kalinya - setelah di Barcelona -, bus Eurolines tertunda keberangkatannya setengah jam! Damn. Tahu gitu nggak usah pakai acara ngos-ngosan, ya? Makanya saudara-saudara, di Eropa, jangan melakukan apa pun mendadak, terutama yang berkaitan dengan waktu.


Demikianlah Artikel Cerita Berlibur Salzburg, Setahun Lalu - RiangRia Blog

Sekianlah artikel Cerita Berlibur Salzburg, Setahun Lalu - RiangRia Blog kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Cerita Berlibur Salzburg, Setahun Lalu - RiangRia Blog dengan alamat link http://riangria-alien.blogspot.com/2017/07/cerita-berlibur-salzburg-setahun-lalu.html

Komentar