Cerita Berlibur Melihat Paus Benediktus XVI - RiangRia Blog

Cerita Berlibur Melihat Paus Benediktus XVI - RiangRia Blog - Hallo sahabat Visible to Books Library, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cerita Berlibur Melihat Paus Benediktus XVI - RiangRia Blog , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Cerita Berlibur Melihat Paus Benediktus XVI - RiangRia Blog
link : Cerita Berlibur Melihat Paus Benediktus XVI - RiangRia Blog

Baca juga


Cerita Berlibur Melihat Paus Benediktus XVI - RiangRia Blog

"Gila, kita saja yang sudah lama kerja di sini enggak pernah melihat Paus, kok bisa-bisanya lo lihat?" protes Widya setengah bercanda, ketika saya melaporkan pandangan mata saya di Vatikan, 4 Mei 2005.
Mulanya saya malas ke Vatikan. Saya pikir lokasi ziarah umat Katolik itu jauh dari Roma. Dan pertimbangan paling utama, waktu itu, 4 Mei, sehari menjelang peringatan Kenaikan Isa Almasih. Nah, mestinya Vatikan ramai banget kan? "Enggak ramai deh. Di Italia, tanggal 5 bukan tanggal merah," Widya meyakinkan.
Maka bertolaklah saya ke Stasiun Octaviano-S Pietro, Vatikan, naik metro dari Stasiun Termini, Roma. Oh, ternyata Vatikan enggak jauh. Cukup lewat beberapa stasiun saja. Setelah saya perhatikan seisi gerbong metro, sepertinya bukan saya satu-satunya yang ingin ke Vatikan. Ada beberapa orang bertampang asing - maksud saya non-Italia - yang membolak-balik peta. Lumayan, bisa mengikuti mereka kalau-kalau nanti kesasar lagi, hehehe.
Dan itulah yang saya lakukan sesampai di Stasiun Octaviano-S Pietro. Saya berjalan mengikuti arus saja  Setelah mendaki beberapa anak tangga, tibalah saya di luar stasiun. Sebelum mencapai Basilika San Pietro atau Santo Peter yang megah itu, saya harus menyusuri satu jalan besar. Di depan gerbang masuk Vatikan, tampaklah beberapa petugas kepolisian berdiri di samping mesin yang mendeteksi barang bawaan para turis. Kok kayak di bandara saja, ya? Saya pikir mungkin itulah prosedur yang harus dilalui setiap kali memasuki negara lain. Jangan lupa, Vatikan, kecil-kecil begitu, kan negara yang diakui PBB.
Lewat mesin deteksi, saya terkejut memperhatikan sekeliling Vatikan. Ramai banget! Ratusan, bahkan ribuan orang, sudah berkumpul di muka basilika. Sebagian melambai-lambaikan bendera dari beberapa negara. Waduh, Widya salah banget, nih. Vatikan minta ampun ramainya! Kira-kira ada apa gerangan, ya? Pertanyaan saya terjawab beberapa saat kemudian. Dari kejauhan, dengan, sepertinya dan saya cukup yakin, ribuan orang menghalangi pandangan, saya lihat Paus Benediktus XVI, berbaju putih, muncul dari tepi basilika. Ia, diusung sejumlah pengawal, menembus barisan publik yang mengelu-elukannya. Saya terkena serangan panik. Saya memang bukan penganut Katolik. Tapi itu Paus! Pemandangan semacam ini mungkin hanya saya lihat sekali seumur hidup. Berhubung sulit bagi saya memotret � maklum saya imut banget di tengah turis Eropa - saya minta bantuan seorang turis Jerman untuk mendapatkan gambarnya. Turis yang baik hati itu memenuhi permintaan saya, dan saya berlalu setelah mengucapkan terima kasih.
Paus Benediktus XVI, duduk di singgasananya, membacakan sejumlah kalimat berbahasa Italia. Umatnya bersorak-sorai menyambutnya. Saya terjebak dalam eforia itu sejenak, meski tak mengerti satu patah kata pun yang diucapkannya. Saya hanya bisa memperkirakan, Paus keluar dari sarang masih dalam rangka peringatan Kenaikan Isa Almasih. Apa pun alasannya, kehadiran Paus membuat perjalanan saya ke Eropa kemarin makin berwarna.


Demikianlah Artikel Cerita Berlibur Melihat Paus Benediktus XVI - RiangRia Blog

Sekianlah artikel Cerita Berlibur Melihat Paus Benediktus XVI - RiangRia Blog kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Cerita Berlibur Melihat Paus Benediktus XVI - RiangRia Blog dengan alamat link http://riangria-alien.blogspot.com/2017/07/cerita-berlibur-melihat-paus-benediktus.html

Komentar