Cerita Berlibur Kuliah Linguistik di Munich - RiangRia Blog

Cerita Berlibur Kuliah Linguistik di Munich - RiangRia Blog - Hallo sahabat Visible to Books Library, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cerita Berlibur Kuliah Linguistik di Munich - RiangRia Blog , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Cerita Berlibur Kuliah Linguistik di Munich - RiangRia Blog
link : Cerita Berlibur Kuliah Linguistik di Munich - RiangRia Blog

Baca juga


Cerita Berlibur Kuliah Linguistik di Munich - RiangRia Blog

Hmmm, saya lupa nama universitas itu. Maklum, namanya dalam bahasa Jerman yang tak saya pahami. Pokoknya letak universitas itu tidak jauh dari sebuah stasiun metro alias U-bahn. Nah, di 9 Mei 2005, saya dan oknum H terlambat mengejar U-bahn jam 09.30. Kami mesti tunggu setengah jam lagi. Karena itu saya enggak jadi diantar ke Marienplatz dulu. Soalnya dia ada kuliah jam 10.30. Dia membujuk saya ikut kuliah saja. Katanya, dosennya enggak bakal ngeh ada penyusup. Soalnya kuliahnya dilangsungkan di ruang besar dan diikuti banyak mahasiswa. Dan ia menjanjikan enggak bakal ada tes segala. "Hari ini kuliahnya cuma membaca," katanya. Lagi pula, katanya lagi, lebih baik mendekam di ruang kuliahnya yang hangat, ketimbang jalan-jalan di luar yang bersuhu 3-4 derajat Celsius.
Ya, sudah, saya susuri langkahnya masuk ke kampusnya. Kampus yang terbuka - tidak dibatasi pagar, dinding, atau sejenisnya. Di depan gedung kampus yang bentuknya mirip-mirip Sorbonne itu, ada beberapa tempat melingkar untuk duduk-duduk. Mengingatkan saya pada almarhum Teater Kolam di FSUI. Masuk ke kelasnya, hampir seluruh bangku terisi. Yang tersisa cuma di deretan depan. Kami pun duduk di situ. Mahasiswa yang ikut kuliah itu mayoritas bule. Ada minoritas orang Asia, seperti kami dan orang-orang China. Saya tak mengerti mata kuliah apa yang diajarkan dosen perempuan yang bertampang tegas itu. "Pura-pura menulis saja," bisik H. Pokoknya yang penting kelihatan memperhatikan kuliah. Malah sekali-sekali saya menatap dosen itu, berlagak seolah saya salah seorang mahasiswanya.
Seperti disarankan H, saya pun berlagak mencatat yang diajarkan dosen itu di buku cokelat yang saya bawa-bawa di Eropa. Kalimat pertama yang saya tulis adalah, "It's so cold in Munich..." Beda dengan kalimat pertama yang dipancarkan proyektor, text=schriftlich [literatur; allstagsverst�ndnis]. Maksudnya? Ya, enggak tahu.
Tapi akhirnya saya mengerti maksud pelajaran itu. Saat mengangkat kepala untuk kesekian kalinya, saya terkejut melihat deretan kata yang dipancarkan proyektor. Isotopie, syntax, lexix, kohasion, koh�renz. Oh. Ini, positif, kelas linguistik. Oh, ada lagi yang saya kenal, anafora-katafora. Ya, linguistik. Mata kuliah yang kebetulan saya benci. Dan saya terjebak di tengah kuliah linguistik di Munich! Tapi somehow saya tak keberatan. Saya malah senang mendengarkan dosen dan mahasiswanya berbicara dalam bahasa Jerman. Bukannya bahasa Jerman tak menarik. Hanya memang tak seindah bahasa Perancis. Benar nasihat teman saya, Dian, sewaktu dulu kami memilih jurusan untuk kuliah. "Elo enggak akan suka bahasa Jerman, deh, soalnya enggak seindah Perancis." Elle avait raison, malheureusement. Dan H, bagaimana pun, danke schoen sudah memberi saya pengalaman unik di Munich!


Demikianlah Artikel Cerita Berlibur Kuliah Linguistik di Munich - RiangRia Blog

Sekianlah artikel Cerita Berlibur Kuliah Linguistik di Munich - RiangRia Blog kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Cerita Berlibur Kuliah Linguistik di Munich - RiangRia Blog dengan alamat link http://riangria-alien.blogspot.com/2017/07/cerita-berlibur-kuliah-linguistik-di.html

Komentar