Cerita Berlibur Eurolines, Arena Mengobrol Berbagai Bangsa - RiangRia Blog

Cerita Berlibur Eurolines, Arena Mengobrol Berbagai Bangsa - RiangRia Blog - Hallo sahabat Visible to Books Library, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cerita Berlibur Eurolines, Arena Mengobrol Berbagai Bangsa - RiangRia Blog , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Cerita Berlibur Eurolines, Arena Mengobrol Berbagai Bangsa - RiangRia Blog
link : Cerita Berlibur Eurolines, Arena Mengobrol Berbagai Bangsa - RiangRia Blog

Baca juga


Cerita Berlibur Eurolines, Arena Mengobrol Berbagai Bangsa - RiangRia Blog

Kalau jalan-jalan keliling Eropa, sempatkan sekali saja naik bus Eurolines. Dibanding kereta atau pesawat, alat transportasi antar negara Eropa ini paling lama jarak tempuhnya. Kalau Paris-Barcelona naik pesawat cukup 2 jam, naik kereta maksimal 12 jam, naik Eurolines bisa 15 jam. Tapi dari segi harga, sangat ekonomis buat backpacker apalagi kalau belinya jauh-jauh hari. Kalau beli 2 bulan di muka nih, Paris-Barcelona PP bisa dapat 60 euro lho! Bener! Sayang waktu itu berhubung saya melakukan perjalanan mendadak, cuma dapat tarif 10 hari di muka alias dua kali lipatnya. Tapi buat mendadak sih lumayan banget, dibanding kereta atau pesawat yang bisa dua kali lipatnya lagi.
Eurolines pas banget kalau dibilang kendaraan pelancong. Sudah berbagai bangsa saya temui di sini. Mulai dari Prancis - iyalah, seringnya kan saya start dari situ -, Italia, Spanyol, Jerman, sampai yang jauh-jauh macam India, Chile, Meksiko. Saya tahunya mulai dari hasil ngobrol sama hasil nguping. Karena saya selalu sendirian naik Eurolines, kalau lagi nggak capek, saya upayakan ngobrol setidaknya dengan orang yang duduk di sebelah saya. Mei 2005, waktu saya menempuh trayek Paris-Milan, saya ngobrol dengan tiga cewek Chile. Salah satunya, Susana, duduk di sebelah saya. Saya mulai membuka pembicaraan dengannya lantaran bosan. Lagi pula kebetulan Susana dan teman-temannya ngobrol dalam bahasa negeri mereka, Spanyol, jadi boleh dong melatih bahasa Spanyol saya dengan mereka. Karena saya tak tahu banyak soal Chile, jadi saya coba mengangkat topik salah satu aktor telenovela asal sana yang saya kenal, Roberto Vander. Saya bilang pernah ketemu dia di Meksiko dan saya memujinya sangat ramah. Tapi seorang teman Susana, saya lupa namanya, rupanya tak sependapat kalau Roberto Vander dibilang begitu. Dia cuma tertawa, "Tentu saja dia ramah padamu! Kau kan jurnalis, dia butuh kau!" Ella, tenia raz�n.
Lalu masih di bulan yang sama, dalam perjalanan Paris-Barcelona - setelah muter-muter Milan-Roma naik kereta, di mana saya bertemu cewek Prancis yang sangat ramah (tumben), Roma-Munich naik kereta di mana saya frustrasi karena teman sekabin saya semuanya ngoceh dalam bahasa Jerman (iyalah, semuanya orang Austria), Munich-Paris di mana saya naik Eurolines tapi memutuskan santai-santai sendirian mumpung busnya diisi tak lebih dari 15 orang - saya kenalan dengan 2 cowok India yang kelihatannya intelek. Kami membahas soal Bollywood - setelah saya bilang suka nulis gosip Bollywood -, sampai dunia politik India dan Indonesia yang... tahu sendiri deh. "Kau tertarik jadi wartawan politik?" tanya salah satu dari mereka, yang saya lupa namanya dan turun duluan di Lyon. Ketika saya jawab tidak, dia bertanya lagi, "Kenapa tidak? Saya tahu dunia politik kita carut-marut, tapi saya sih tertarik." Kedua cowok itu datang ke Paris untuk studi sosial kalau nggak salah, dan di akhir pekan itu keduanya berwisata ke kota berbeda; yang satu ke Lyon, satunya Barcelona.
Tahun lalu, dua kali saya naik Eurolines; Munich-Paris PP. Saya agak bete dalam trayek pertama, soalnya sopir dan asistennya tampangnya angkuh, menyebalkan. Beda dengan yang kedua, yang meski juga cuma bisa berkomunikasi dalam bahasa Jerman, tapi mencoba mengajak saya mengobrol dengan bahasa tarzan. Dan yang pertama saya nggak bisa ngobrol dengan siapa-siapa; bus full keluarga yang akan berlibur di Disneyland Paris dan menginap di hotel sekitar situ. Eh, ternyata sopir bus, entah lupa atau tak tercantum dalam jadwalnya, lalai mengantar satu keluarga Jerman ke hotel tujuannya di sekitar Disneyland. Mampuslah dia dan asistennya yang angkuh itu dicaci maki. Dalam bahasa Jerman yang saya tak mengerti, tentunya, tapi dari nadanya kebaca keluarga itu ngomelin si sopir.
Pulangnya, rute Paris-Munich, lebih menyenangkan. Saya ketemu lagi sama pengurus bagasi di Eurolines, yang entah kenapa selalu mengajak saya - penumpang lain juga pastinya - mengobrol dalam bahasa Spanyol. Tahun sebelumnya Sandy sempat dibuatnya sewot, gara-gara dia bilang bus saya berangkat pada jam, "tres!" Maksud dia tentu tres dalam bahasa Spanyol alias jam 3. Tapi Sandy yang nggak tahu bahasa Spanyol tentu mengira dia melontarkan kata treize (bacanya tres juga) alias jam 13 atau jam 1, jadwal yang tak lagi terkejar saya mengingat waktu itu sudah jam 2. Nah, si bapak itu berbasa-basi dengan saya lagi dalam bahasa Spanyol. Katanya, "Solo una maleta?" Bagasi saya cuma satu? Saya sahuti s� atau ya, dan melanjutkan dengan gracias sebelum mohon diri dan menuju bus.
Di dalam bus, sebetulnya saya pengen banget nimbrung dalam pembicaraan dua cowok dan satu cewek di belakang saya - cowok-cowok itu asal Meksiko dan Spanyol, yang cewek saya kurang tahu. Soalnya mereka pakai bahasa Spanyol! Tapi saya nggak enak mendiamkan ibu yang duduk di samping saya, yang mengajak saya ngobrol duluan. Apalagi dia baik dan perhatian. Melihat muka saya pucat, berulang dia tanya, "Are you OK?" Ibu itu asal Jerman tapi bukan Munich, melainkan Berlin. Pantas. Konon orang Berlin lebih hangat, tapi entah juga sih. Dia bertanya, betulkah Indonesia terdiri dari ribuan pulau. Dia bicara cukup banyak sebenarnya, tapi gawatnya saya tak ingat. Waktu itu saya super lelah gara-gara cuma istirahat semalam di Paris, terus mesti balik ke Munich. Pokoknya biar waktu sempit, saya sempat-sempatin deh ke Paris, cinta bo! Pastinya di setiap perhentian di Jerman, Stuttgart misalnya, dia menjelaskan kepada saya dan cowok Spanyol yang duduk di depan saya tentang tempat-tempat yang kami lalui. Yang lagi-lagi tidak saya cerna dengan baik (duh padahal itu bahasa Inggris. Gimana bahasa Prancis?). Yang pasti saya berterima kasih karena telah diajak ngobrol, dan memungkinkan saya menambah obrolan ini - yang mungkin tak bisa disebut obrolan, mengingat saya nyaris nggak ingat apa pun - dalam catatan Eurolines saya. Turun di Munich, seperti yang saya pada teman-teman mengobrol Eurolines lain, saya ucapkan padanya, "Take care!" Saya tak bisa lama-lama berpamitan, soalnya langsung "digelandang" Wolf yang menjemput saya ke mobilnya - saya cerita di lain waktu kenapa Wolf sampai begitu, hehehe.


Demikianlah Artikel Cerita Berlibur Eurolines, Arena Mengobrol Berbagai Bangsa - RiangRia Blog

Sekianlah artikel Cerita Berlibur Eurolines, Arena Mengobrol Berbagai Bangsa - RiangRia Blog kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Cerita Berlibur Eurolines, Arena Mengobrol Berbagai Bangsa - RiangRia Blog dengan alamat link http://riangria-alien.blogspot.com/2017/07/cerita-berlibur-eurolines-arena.html

Komentar