Cerita Berlibur Bus Terlambat, Lapor Polisi! - RiangRia Blog

Cerita Berlibur Bus Terlambat, Lapor Polisi! - RiangRia Blog - Hallo sahabat Visible to Books Library, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cerita Berlibur Bus Terlambat, Lapor Polisi! - RiangRia Blog , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Cerita Berlibur Bus Terlambat, Lapor Polisi! - RiangRia Blog
link : Cerita Berlibur Bus Terlambat, Lapor Polisi! - RiangRia Blog

Baca juga


Cerita Berlibur Bus Terlambat, Lapor Polisi! - RiangRia Blog

Setiap kali bertemu Wolf, pacar (dan akan segera jadi suami) Dedes, minimal saya ditraktir, deh. Pertama kali kenalan dengan dia, saya sedang bersama Manda dan oknum H (jangan paksa gue nulis namanya) dan little Farhan di Olympiapark. Di situ kami janjian bertemu, karena saya akan menyampaikan oleh-oleh dari Dedes. Saat memastikan lokasi janjian kami, lewat telepon ia mengungkapkan ciri-cirinya: tinggi besar, pakai baju hitam, bawa payung hijau. Ya, cuaca memang sedang tidak bersahabat, berangin diselingi hujan, sehingga kami memutuskan menantinya di dalam sebuah gedung di Olympiapark - jangan tanya nama gedungnya, ingat Olympiapark saja sudah bagus. Selagi menunggu, Manda bikin senewen. Dia begitu penasaran seperti apa yang namanya Wolf, sehingga semua cowok yang muncul dengan ciri-ciri yang disebut Wolf, diyakininya sosok Wolf. "Eh itu tuh ada pakai baju hitam!" "Tuh dia! Eh tapi yang hitam payungnya deng, bajunya yang hijau!" Begitulah kira-kira contoh ucapan Manda yang bikin senewen. Akhirnya, Wolf tiba; dia memang besaaaarrrr sekali. Sangat bertolak belakang dengan Dedes yang mungil! Walau belum kenal betul, hari itu dia mentraktir kami mengopi di San Francisco Coffee. Sebelum itu dia dengan baiknya menawarkan diri untuk memotret saya dengan background sejenis patung yang disebutnya the walking man.
Kali kedua ke Eropa, saya dijamu habis-habisan sama Wolf. Ditraktir, diajak jalan-jalan, diantar, dijemput, semua dia lakukan buat menyenangkan saya, tamunya. Maklum saya dan Dedes selama di Munich kan menumpang tidur di apartemennya. Terpisah kok; dia mengalah tidur di sofa. Saya selalu dipaksa bangun kalau menurut dia saya tidur terlalu lama. �Kamu di sini bukan buat tidur (duh jadi ingat kata-kata Mak Sandy, hehehe), tapi buat jalan-jalan. Ayo bangun, sudah siang, hari ini mau saya antar ke mana?� katanya memaksa sambil mengajak. Tanpa Dedes yang sibuk kursus bahasa Jerman sampai siang, saya pernah diajaknya jalan-jalan keliling Englischer Garten, taman terluas dan terindang di Jerman, dan diantar ke apartemen Manda buat makan siang. Untung saya ingat yang mana apartemen Manda � dia bisa marah-marah kalau kami jalan tak tentu arah. Sumpah, Wolf baik banget. Tapi dia tetap orang Jerman yang tak bisa terima keteledoran, terutama yang berhubungan dengan waktu.
Nah, seperti yang saya ceritakan di bawah, saya sempat menempuh perjalanan Munich-Paris PP naik bus Eurolines. Biasanya bus Eurolines jadwalnya sangat ketat, jarang telat. Tapi entah kenapa, bus Paris-Munich yang saya tumpangi keberangkatannya ditunda sampai 1,5 jam. Kalau enggak salah sih, tumben-tumbennya, menunggu penumpang yang telat sampai. Belum lagi waktu tempuhnya lebih lamban setengah jam dari yang seharusnya. Alhasil bus tiba terlambat 2 jam di Terminal Frottmaning, Munich. Dan buat seorang Jerman seperti Wolf, keterlambatan 2 tak masuk akal, tak bisa lagi ditoleransi. Kebetulan hari itu Dedes meminta Wolf, yang sedang longgar kerjanya, menjemput saya di Frottmaning. Wolf tentu sudah siap di Frottmaning jam 9 pagi, saat seharusnya bus Eurolines Paris-Munich memasuki gerbang Frottmaning. Tapi tunggu punya tunggu, kok bus enggak kunjung muncul, ya? Satu jam berlalu sudah, tanpa kabar pasti. Misalnya, bus telat berangkat atau mengalami hambatan di jalan, apa saja. Tapi tak ada. Dan percayalah, Wolf enggak akan pasrah menunggu.
Apa yang dilakukan Wolf? Yang pertama, dia mempertanyakan keberadaan bus kepada staf Eurolines yang kelihatan di depan matanya. Karena sepertinya mereka tak tahu apa-apa, ia menelepon Eurolines pusat. Tapi juga tak memperoleh jawaban memuaskan. Ia jengkel, kok bisa-bisanya perusahaan bereputasi macam Eurolines membiarkan banyak orang menunggu tanpa kabar? Khawatir terjadi sesuatu di jalan, ia melakukan tindakan yang menurut saya cukup ekstrem tapi wajar buat ukuran orang Eropa yang tertib: menelepon polisi! Untung Eurolinesnya tak terlambat lebih lama lagi, jadi polisi tak perlu dilibatkan lebih jauh dalam urusan ini. �Iya, kamu tahu enggak, saya sampai lapor pada polisi,� cerita Wolf seraya �menyeret� saya menjauh dari bus, begitu ia melihat saya turun dari Eurolines Paris-Munich. �Habis saya kesal, Eurolines tak memberi kabar apa pun. Keterlaluan sekali, terlambat 2 jam. Saya, kan cemas ada apa-apa di jalan.� Saya hanya terbengong-bengong mendengar ceritanya. Tapi mukanya serius, yang berarti dia memang menanggapi keterlambatan itu masalah besar. Dan begitu saya ceritakan, Dedes terkikik-kikik. Duh dia kagak tahu aja, kalau di sini kami janjian suka enggak beres alias sering telat!


Demikianlah Artikel Cerita Berlibur Bus Terlambat, Lapor Polisi! - RiangRia Blog

Sekianlah artikel Cerita Berlibur Bus Terlambat, Lapor Polisi! - RiangRia Blog kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Cerita Berlibur Bus Terlambat, Lapor Polisi! - RiangRia Blog dengan alamat link http://riangria-alien.blogspot.com/2017/07/cerita-berlibur-bus-terlambat-lapor.html

Komentar