Cerita Berlibur Musim Dingin di Istanbul - RiangRia Blog

Cerita Berlibur Musim Dingin di Istanbul - RiangRia Blog - Hallo sahabat Visible to Books Library, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cerita Berlibur Musim Dingin di Istanbul - RiangRia Blog , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Cerita Berlibur Musim Dingin di Istanbul - RiangRia Blog
link : Cerita Berlibur Musim Dingin di Istanbul - RiangRia Blog

Baca juga


Cerita Berlibur Musim Dingin di Istanbul - RiangRia Blog

Perjalanan yang belum sempat juga saya tulis adalah perjalanan ke Istanbul, 7-13 Desember 2012. Perjalanan yang saya kategorikan iseng. Iseng memesan tiket promo QR, iseng menghubungi Dedes - yang tinggal di Jerman - buat ketemuan di sana, iseng karena pengin tahu seperti apa Istanbul yang katanya salah satu kota tercantik di dunia - dan pastinya enggak akan susah juga hidup di sana karena makanan halal bertebaran - dan juga iseng pengin traveling di musim dingin. Sok banget, ya?
Makin iseng karena saya hanya jalan-jalan di Istanbul - btw, enggak ada dana juga, sih mau ke kota-kota lainnya di Turki hihihi - dan cuma seminggu. Yep, begitulah. Di sana pun saya enggak serius mengeksplorasi Istanbul. Saya terbang ke sana karena "khilaf" beli tiket promo - yang kalau enggak dipakai akan hangus dan melayanglah 700 dolaran - dan hanya untuk relaks. Saya enggak ngoyo harus ke sana, harus kemari. Harus lihat ini, harus lihat itu. Hidup saya sekitar seminggu di Istanbul enggak jauh-jauh dari daratan Eropa - oh ya, Istanbul ini kota unik yang berdiri di dua benua, Eropa dan Asia. Ke kawasan Asianya? Ah, cuma numpang makan kumpir atau kentang bakar yang super dengan topping enggak kalah super.
Kumpir, porsinya gilak!
Hasilnya, saya toh menikmati seminggu di Istanbul. Sebenarnya, mungkin inilah perjalanan terbaik saya. Atmosfernya dan penduduknya yang hangat mendukung sesi relaksasi saya. Plus enggak pakai cerita dikejar-kejar jadwal kereta atau kebingungan mencari letak terminal bus kikikik. Nah, berikut inilah hal-hal yang berkesan bagi saya selama liburan singkat di Istanbul.
- Jalan-jalan di Taman Gulhane di bawah rintik hujan - eh, lebih dari sekadar rintik ding. Enggak pakai payung, mengingat taman ini dinaungi pepohonan meski daunnya berguguran mengingat musim dingin, tapi saya enggak terganggu dan enggak keberatan. Kapan lagi saya bisa berhujan-hujan tanpa mengomel karena harus melalui jalan-jalan tergenang dengan sepatu dan kaki berlepotan? Yay!!! (Catatan: Tetep sih harus pakai baju lima lapis....)
Gulhane Park, my favorite part.
-Suasana musim dingin. Seperti yang saya bilang di atas, ini kali pertama saya tahu rasanya musim dingin, meski tanpa salju - dan begitu saja sudah brrrrrr, saudara-saudara. Alhamdulillah kalau bentuknya salju saja, sih sudah lihat di atas pegunungan Alpen di Liechtenstein dan Swiss (sombong). Makanya saya enggak bosan-bosan datang ke Gulhane Park, karena di dalamnya juga Istana Topkapi yang letaknya bersebelahan, saya bisa melahap puas pemandangan dedaunan berguguran dan pepohonan putih "telanjang". Pemandangan yang kental nuansa musim dinginnya, ditambah saya memang suka menginjak dedaunan yang berserakan di jalan dan mendengarkan suara gemeresik yang dihasilkan... sepatu bot baru saya hahaha.
- Baklava. Hahaha, baklava alias kue-kue manis khas Turki adalah santapan sehari-hari saya di Istanbul. Bahkan kadang sebagai pengganti makan malam - 2-3 potong baklava sudah cukup buat saya. Sebenarnya manisnya itu bikin ngeri, manis banget... tapi sekali lagi, kapan lagi saya makan baklava enak? Menurut Nuref, cewek Istanbul yang saya kenal via CouchSurfing, baklava terenak ada di Karakoy. Dia sempat mengajak saya membeli beberapa potong, setelah sarapan dengannya di sebuah kafe di Karakoy. Saya sendiri sukanya beli di sebuah toko di dalam pasar Spice Bazaar, di Eminonu, terus makannya di depan pasar sambil melihat orang juga feri di pelabuhan Eminonu berlalu lalang. Cuma kalau pas angin berembus, dapet salam dari menggigil kedinginan. Oh ya, Eminonu dan Karakoy ini letaknya cuma berseberangan, dijembatani Galata Bridge.
- Galata Bridge/Jembatan Galata. Hobi saya juga bolak-balik menyeberangi Galata Bridge. Termasuk di kala hujan! Kan saya sudah bilang, saya hanya ingin relaks di Istanbul. Saya menikmati pemandangan orang-orang memancing dari atas Galata ke arah Selat Bosphorus, juga feri yang hilir mudik melayani pelayaran dari Istanbul kawasan Eropa ke Asia. Tapi keren juga, sih rasanya menyadari sedang berdiri di atas Selat Bosphorus yang membelah Eropa dan Asia, hahaha. Kapan pun saya menyusurinya, Galata Bridge tak pernah sepi pemancing. Memancing saat cuaca terang, saat hujan mengguyur, dan bahkan jelang sunset disusul azan magrib berkumandang. I've seen them all :).
Sunset di Galata Bridge, you have no idea!
- Duduk-duduk di depan Hagia Sophia. Hagia Sophia adalah atraksi utama di Istanbul - bicara soal prioritas. Selama 9 abad berfungsi sebagai Gereja Ortodoks Timur, pada 1453 diambil alih Kekaisaran Ottoman dan difungsikan sebagai masjid (nyontek Wikipedia nyong), lalu mulai 1935 sebagaimana kita kenal sekarang, dialihkan fungsinya lagi, menjadi museum. Museum Hagia Sophia jelas menaungi kekayaan budaya Kristen dan Islam. Tapi bukan isi Hagia Sophia persisnya yang jadi magnet buat saya, melainkan penampakan luarnya: bangunan merah bata yang megah dan magic! Setiap pagi dan malam, karena menginap di kawasan Sultanahmet, saya pasti melewati Hagia Sophia yang berdiri berhadapan dengan Blue Mosque atau Masjid Biru atau Sultanahmet Camii. Dan entah kenapa, setiap malam kembali ke Sultanahmet, saya pasti membelokkan kaki ke arah kiri, ke Hagia Sophia, pasti. Tetep, ketika hujan turun sekalipun. Tidak ada bosannya saya memandangi Hagia Sophia sambil duduk di kursi taman di depannya, sambil juga menikmati air mancur dengan cahaya berwarna-warni. Sayang saya baru tahu di malam terakhir bahwa gerobak-gerobak minuman yang mangkal di beberapa sudut Hagia Sophia adalah gerobak minuman khas Turki sahlep/salep, susu dengan rasa lavender, bukan gerobak kopi biasa (manyun).
- Waking up in Istanbul. As amazing as waking up in Paris! Di Istanbul, setiap jam 6 pagi pasti saya terbangun dan sukar memejamkan mata lagi, sekalipun baru berniat turun dari kamar jam 9 atau 10, misalnya. Dan kemudian saya membatin, beruntungnya saya terbangun di Istanbul! Saya menginap di dua hotel (lebih mirip guesthouse), Angel's Home dan Antique House. Di hotel yang pertama, pemandangan kamar saya dan Dedes menakjubkan. Minaret Blue Mosque! Di hotel yang kedua, di mana saya menginap 4 malam sendirian - Dedes sudah pulang ke Jerman - keramahan pemiliknya, Mustafa dan saudaranya yang sulit saya eja namanya, yang menakjubkan. Selain tersenyum menyadari masih berada di Istanbul, ada satu hal favorit lagi ketika terbangun di Istanbul. Bergelung di balik selimut while reading your messages. You know who you are :).
Panorama dari jendela kamar Angel's Home.



Demikianlah Artikel Cerita Berlibur Musim Dingin di Istanbul - RiangRia Blog

Sekianlah artikel Cerita Berlibur Musim Dingin di Istanbul - RiangRia Blog kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Cerita Berlibur Musim Dingin di Istanbul - RiangRia Blog dengan alamat link http://riangria-alien.blogspot.com/2013/04/cerita-berlibur-musim-dingin-di.html

Komentar