Cerita Berlibur "Soundtrack of My Journey" - RiangRia Blog

Cerita Berlibur "Soundtrack of My Journey" - RiangRia Blog - Hallo sahabat Visible to Books Library, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cerita Berlibur "Soundtrack of My Journey" - RiangRia Blog , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Cerita Berlibur "Soundtrack of My Journey" - RiangRia Blog
link : Cerita Berlibur "Soundtrack of My Journey" - RiangRia Blog

Baca juga


Cerita Berlibur "Soundtrack of My Journey" - RiangRia Blog

Duh, penting banget posting tulisan kayak begini. Ini gara-gara mengecek tangga lagu Italia dan mendapati lagu "Come Se Non Fosse Stato Mai Amore"-nya Laura Pausini dibawakan ulang oleh Marco Carta. Jadi ingat pada 5 Mei 2005, ketika saya terkapar di Roma, Italia. Mungkin karena terus kena udara dingin di Milan dan Roma, saya terserang flu dan memutuskan beristirahat saja seharian itu di apartemen yang ditinggali teman saya, Widya. Nah, sembari tidur-tiduran di ruang tamu, saya mengecek seluruh saluran TV. Saya menemukan MTV Italia yang antara lain menayangkan video klip Laura Pausini menyanyikan "Come Se Non Fosse Stato Mai Amore" - yang kemudian membuat saya memutuskan membeli album yang memuatnya, Resta in Ascolto, yang versi bahasa Spanyolnya mengantar Laura menyabet predikat Penyanyi Pop Wanita Terbaik Grammy Latin - dan entah kanal apa yang menyiarkan telenovela lawas Coraz�n Salvaje yang pada pertengahan 1990-an ngetop di Indonesia dengan judul Hati Yang Berduri, hahaha.
Eh, tapi soundtrack jalan-jalan saya tahun itu bukan "Come Se Non Fosse Stato Mai Amore". Melainkan "Dovevo Dirti Molte Cose". Lagu rock alternatif milik band Velvet, yang cukup eksis tapi sepertinya tidak sepopuler Marco Carta apalagi Laura Pausini. Lagu ini tentu saja saya kenal melalui MTV Italia. Maka esoknya saya langsung meminta Widya mengantar ke toko CD di Stasiun Termini, pusat stasiun metro di Roma. Di sana, yang saya lakukan tentu saja membeli album Velvet dan Laura. 
Saya suka "Dovevo Dirti Molte Cose", yang artinya "Aku Harus Mengatakan Banyak Hal Kepadamu" itu murni karena musiknya. Lha, memangnya saya harus mengatakan banyak hal kepada siapa dalam perjalanan itu? Aspetta. Mungkin kepada Valerio, agar tidak membiarkan saya tersasar berjam-jam di Milano, hikshiks. Berikut lagu-lagu yang terngiang-ngiang di kepala saya dalam sekian perjalanan.

Meksiko, tahun 2000
"I Wanna Be With You" (Mandy Moore)
Kok lagu berbahasa Inggris, bukannya Spanyol yang jadi bahasa ibu di Meksiko dan kawasan Amerika Latin umumnya? Lagu ini berdengung di mana-mana selama saya sebulan berada di Mexico City ketika itu. Di mobil, di pusat perbelanjaan. Lagi ngetop banget dah. Tapi bukan berarti saya ingin bersama seseorang waktu itu. Rombongan cowok yang bersama saya bikin saya ampun-ampunan (sungguh, ampuuun...), aktor telenovela pun menurut saya enggak ada yang menarik, hahaha, parah. Eh, Fernando Colunga dan Jaime Camil menarik, sih, tapi ya sudah, sekian. 

"A 1000 X Hora" (Lynda)
Baca: "A Mil Por Hora". Lagu soundtrack telenovela yang remaja yang tengah disukai saat itu, Primer Amor (A 1000 X Hora), yang dibintangi Kuno Becker - yang kemudian menjadi pemeran utama trilogi Goal! yang ikut melibatkan pesepak bola kenamaan seperti Ra�l Gonz�lez, Zinedine Zidane, Iker Casillas, dan Fredrik Ljungberg. (Tunggu. Kalau tahun itu saya ketemu Kuno, saya bisa jadi bakal naksir berat dia, hahaha.) Refrein "A 1000 X Hora" yang mengentak, juga bagian awalnya, "Hay tantos pensamientos que habitan en mi cabeza (Ada banyak pikiran yang menempati kepalaku)," lengket banget di kepala. Jangan sedih jangan bimbang, cuma refrein "a mil... a mil por hora" dan awalan di atas lirik yang saya hafal, hahaha. Saya suka musiknya yang bersemangat. Makanya saya senang banget, sebelum kembali ke Indonesia, Televisa membekali saya album soundtrack telenovela Primer Amor. Meskipun sesungguhnya sampai hari ini saya juga enggak ngerti apa makna "A 1000 X Hora" yang adalah sebuah ungkapan itu, halah.

"Barcelona" (Russell Watson featuring Shaun Ryder)
Pero, por supuesto! Tentu saja. Lagu ini yang membuat saya datang jauh-jauh ke Barcelona. Jauh dari Prancis dan Italia, apalagi dari Indonesia. Tapi Barcelona mengejutkan saya. Saya terkejut, banyak banget orang lalu-lalang di Barcelona, sebagian besar turis. Sampai pusing saya dibuatnya. Saya juga terkejut, karena begitu menjauh dari lautan orang itu, saya baru menyadari betapa cantiknya Barcelona. Saya jadi teringat potongan percakapan saya dengan Vicki, wisatawan asal Amerika, di sebuah kafe.
Vicki: Bagaimana menurutmu tentang Barcelona? Baguskah?
Saya (yang pusing dengan keramaian di sana-sini): Menurutku, sih enggak. Barcelona kurang teratur.
Vicki: Oh, kalau menurutku, Barcelona justru sangat teratur. Lihat saja, kantor pariwisatanya sigap memberi segala informasi. (Dan itu adalah BENAR.)
Ya, dalam bus Eurolines yang membawa saya kembali ke Paris, barulah saya menghargai Barcelona. Barcelona yang luar biasa ramai itu tempat yang ramah bagi orang asing seperti saya. Penduduk yang suportif pada wisatawan yang tertarik pada kota mereka, Parc G�ell yang cantik, Barri G�tic yang antik, klub sepak bola yang fanatik, sayang saya tersesat saat mencari Montju�c, Barcelona adalah tempat yang berkarakter, unik, dan hangat. Pantas orang mengabadikannya dalam lagu yang indah.



Eropa, 2006
"Abrazar La Vida" (Luis Fonsi)
Hasil dari perjalanan tahun lalu, saya getol mencari tahu lagu-lagu berbahasa Italia ditambah Spanyol yang asyik. Salah satu hasilnya memperkenalkan saya kepada penyanyi Puerto Riko bersuara empuk, Luis Fonsi. Karena tahun ini saya tidak mengarah ke Spanyol maupun Italia, saya mencari CD Fonsi, yang mana saja, di Paris. Tapi nihil. Karyawan toko CD sebenarnya menawarkan untuk memesankan dari tempat lain, tapi makan waktu 5 hari; sementara saya bertandang ke Paris 2 hari saja.




Thailand, 2009
"Indietro" (Tiziano Ferro)
No particular reason. Saat itu saya baru saja menerima CD Alla Mia Et�-nya Tiziano Ferro dari teman saya di Belanda, Hari. Lalu lagi senang-senangnya mendengarkan salah satu lagu, "Indietro". Satu dari sedikit lagu romantisnya penyanyi favorit saya itu, jadi saya senang mendengarkannya berulang-ulang. Saya ingat banget selalu menyetel lagu ini sebelum tidur, terutama waktu bermalam di Pattaya - habis hotelnya agak creepy hehehe.




Eropa, 2010
"Estate" (Negramaro)
Belum resmi masuk musim panas ketika saya datang lagi. Bahkan meski hampir masuk musim panas, hujan terus mengguyur Eropa. Hujan di Milan, Paris, Munich, angin kencang di Eindhoven. Tapi hati saya tetap bernyanyi. Dan yang saya terus nyanyikan adalah "Estate" (baca: es-ta-te, bukan es-teit!) milik Negramaro, yang artinya "Musim Panas". Itu sesungguhnya lagu rilisan 2005, tapi baru saya kenal. Lagi pula mood-nya cocok dengan suasana yang saya rasakan saat itu: "E il segno di un'estate che vorrei potesse non finire mai." Kurang lebih artinya: "Itulah tandanya sebuah musim panas yang tak pernah ingin kuakhiri." Yah, itu artinya saya keasyikan berlibur. Saya mencari CD yang memuat lagu ini, Mentre Tutto Scorre, di Milan, tapi tidak menemukannya, hiks. Juga tidak menemukan CD-nya Zero Assoluto dan Tony Maiello.