Cerita Berlibur Bergaya Eksekutif dengan Kereta Kelas 1 - RiangRia Blog

Cerita Berlibur Bergaya Eksekutif dengan Kereta Kelas 1 - RiangRia Blog - Hallo sahabat Visible to Books Library, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cerita Berlibur Bergaya Eksekutif dengan Kereta Kelas 1 - RiangRia Blog , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Cerita Berlibur Bergaya Eksekutif dengan Kereta Kelas 1 - RiangRia Blog
link : Cerita Berlibur Bergaya Eksekutif dengan Kereta Kelas 1 - RiangRia Blog

Baca juga


Cerita Berlibur Bergaya Eksekutif dengan Kereta Kelas 1 - RiangRia Blog


Tahun 2005, keliling Eropa (Barat) saya lebih sering menggunakan jasa Eurolines. Tahun 2006, kebanyakan diantar Dedes dan Wolfgang, hehehe. Nah, tahun 2010 lalu, saya ingin mencoba suasana baru.
Karena ada jeda 3 minggu antara kepastian mendapatkan visa dan jadwal keberangkatan � yang lalu-lalu hitungannya harian � maka masih memungkinkan untuk mencicipi tarif murah kereta Eropa. Dibanding bus, tarif standar kereta jauh lebih mahal. Namun apabila dibeli jauh lebih awal, apalagi 1-2 bulan sebelum perjalanan, tarifnya miring lho. Tarif kereta Amsterdam-Munich atau sebaliknya misalnya, dengan kedua kota berjarak lebih dari 800 km (ibarat Jakarta-Surabaya), 29 euro saja! Begitu pula dengan Paris-Munich dll. Kalau harga aslinya mah, yang berlaku kalau bangku bertarif murah sudah habis dipesan atau kalau pemesanan dilakukan mendadak, ampun-ampunan deh untuk kota-kota yang berjarak jauh apalagi beda negara; sudah pasti di atas 100 euro. Oh ya, harga-harga ini untuk tiket kelas 2, ya. Tapi jangan salah, kereta kelas 2 di Eropa itu nyaman lho.
Pemesanan 3 minggu sebelum berangkat memberi saya harga yang lumayanlah � saat itu tiket 29-39 euro sudah tak tersisa. Untuk perjalanan Munich-Paris naik TGV (train a grand vitesse) � kereta yang di buku pegangan kuliah saya, Archipel, digadang-gadang sebagai kereta tercepat, hahaha � saya membayar 69 euro. Lumayan juga merasakan sensasi naik TGV yang masih merupakan salah satu kereta tercepat di dunia itu, sampai terharu, hihihi.
Tiket TGV di tangan, saya malah makin penasaran. Begitu mengecek ketersediaan tiket Amsterdam-Munich, mata saya terantuk pada tiket kelas 1. Angka 109 euro tidak murah, tapi, ya tetap lumayan dibandingkan angka aslinya, 200-an euro! Hah, banyak alasan. Baiklah, mari sekali-sekali bergaya eksekutif.
Melakukan pemesanan melalui laman kereta Jerman, bahn.de (Deutsche Bahn), untuk gampangnya saya meminta tolong Wolf. Oh ya, bahn.de ini andalan banget deh dalam reservasi bangku kereta. Percaya enggak percaya, tarif tiket laman ini cenderung lebih murah ketimbang laman kereta negara lain, padahal untuk tujuan, kereta, dan jam yang sama. Pantas di forum-forum wisata, banyak yang menyarankan untuk mengecek jadwal dan tarif melalui bahn.de.
Yap, jadilah tiket 109 euro saya kantongi. Berangkat sekitar jam setengah 7 malam dari Amsterdam, tiba di Munich sekitar pukul setengah 6 pagi. Diselingi transit 2 jam di Frankfurt, untuk ganti kereta dari ICE (Intercity-Express) ke IC (Intercity).
Saya baru tahu, ternyata Wolf memesankan bangku khusus kompartemen. Sebelum ini, baru sekali saya bersinggungan dengan kompartemen: di kereta IC Italia, dengan komposisi 6 bangku � 3 berhadapan dengan 3. Waktu itu kelima tetangga saya orang Austria, 3 di antaranya anak muda yang tinggi besar. Mana nyaman sih duduk diapit mereka � posisi bangku saya di tengah � ditambah nyaris bersentuhan kaki dengan cowok di hadapan saya. Untungnya, dalam trayek IC Roma-Munich itu, anak-anak muda itu turun duluan di Innsbruck, Austria. Legaaa....
Akan tetapi kompartemen kelas 1 ini = heaven! (Harap memaklumi kenorakan ini, hihihi.) Namanya kelas 1, ya iyalah segalanya lebih longgar. Bangku lebar, ruang untuk kaki lebar, satu kompartemen hanya terdiri dari 4 bangku. Bangkunya kulit, lagi. Berasa eksekutif bener deh! Karena keretanya sepi penumpang, alhasil dari hanya 2 kompartemen berbangku kulit biru, isinya saya seorang. Kapan lagi jadi penguasa kompartemen kelas 1, sendirian, hohoho. Karena kurang tidur setelah berputar-putar antara Eindhoven, Maastricht, dan Amsterdam, saya mencoba memejamkan mata. Tawaran minum dari kru kereta saya abaikan. (Bukan karena tak ingin tidur terganggu. Melainkan karena ketidaktahuan saya bahwa tawaran minum itu gratis. Kelas 1 sih kelas 1, teuteup buat yang lain-lain enggak modal, hahaha.)
Eh, tapi kok mata sulit terpicing. Ya sudah, saya berusaha menikmati pemandangan sepanjang perjalanan, mumpung hari belum gelap; Utrecht, Duesseldorf, dan terutama Koeln yang manis masuk jalurnya si ICE. Setelah transit di Stasiun Bandara Frankfurt 2 jam, sekitar pukul 01.00 pagi hari berikutnya saya meneruskan perjalanan ke Munich. Bangkunya nyaman juga, karena bangku single dan tidak perlu bersenggolan dengan penumpang di kanan-kiri. Karena sudah masuk hari berikutnya dan saya belum tidur juga, ngantuk abis pasti. Tapi tidur saya gelisah. Sebentar-sebentar bangun. Kenapa sih ini?
Oh, baiklah. Pada akhirnya saya harus mengakui, bangku berjok kulit tidak nyaman bagi saya. Masih lebih enak bangku berlapis kain di kelas 2. Halah, memang dasar enggak bakat jadi eksekutif!


Demikianlah Artikel Cerita Berlibur Bergaya Eksekutif dengan Kereta Kelas 1 - RiangRia Blog

Sekianlah artikel Cerita Berlibur Bergaya Eksekutif dengan Kereta Kelas 1 - RiangRia Blog kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Cerita Berlibur Bergaya Eksekutif dengan Kereta Kelas 1 - RiangRia Blog dengan alamat link http://riangria-alien.blogspot.com/2011/06/cerita-berlibur-bergaya-eksekutif.html

Komentar