Cerita Berlibur Paris yang Menghargai Sejarah - RiangRia Blog

Cerita Berlibur Paris yang Menghargai Sejarah - RiangRia Blog - Hallo sahabat Visible to Books Library, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cerita Berlibur Paris yang Menghargai Sejarah - RiangRia Blog , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Cerita Berlibur Paris yang Menghargai Sejarah - RiangRia Blog
link : Cerita Berlibur Paris yang Menghargai Sejarah - RiangRia Blog

Baca juga


Cerita Berlibur Paris yang Menghargai Sejarah - RiangRia Blog

Orang bilang, Paris kota yang sangat romantis. Betul kok. Saya dijamin betah duduk berjam-jam di tepi Sungai Seine, sambil memandangi kapal turis yang lalu lalang. Dari jembatan tertentu, Pont Neuf misalnya, Menara Eiffel terbentang di depan mata. Angin yang sepoi-sepoi di musim semi membuat cuaca terik, yang kadang-kadang terjadi, tak terasa berat.
Tapi ada faktor lain yang membuat saya sangat kagum pada Paris. Ibu kota Perancis yang menjadi kota tujuan wisata ini sangat menghargai sejarah. Yang tidak terbayangkan bagi kita yang tinggal di Indonesia. Suatu ketika di akhir April 2005 (entah tanggal 29 atau 30), saya dan Sandy turun ke Stasiun Bastille. Di pijakan peron, saya melihat ada dua tanda zig-zag panjang. Sandy menjelaskan, itu adalah penanda bekas Penjara Bastille, yang dirobohkan penduduk Paris pada 14 Juli 1789, mengakhiri rezim Louis XVI. Pandangannya lantas beralih ke belakang kami. Ia menunjuk reruntuhan yang terletak di bawah plang stasiun, yang tentu saja bertuliskan Bastille. "Nah, tembok penjaranya, ya, tinggal segitu," terang Sandy. Bagi rakyat Perancis, khususnya Paris, mungkin ini hal biasa. Tapi bagi saya, penemuan luar biasa. Kalau reruntuhan itu berdiri di Jakarta, misalnya, pasti sudah berubah jadi pusat perbelanjaan. Jangankan reruntuhan yang panjangnya tak sampai dua meter dan tingginya tak sampai semeter itu. Gedung-gedung peninggalan Belanda yang masih berdiri kokoh saja diruntuhkan demi kepentingan segelintir pihak.
Paris senang mengabadikan momen dalam bentuk monumen. Menjelang masuk terowongan Pont d'Alma, misalnya, terpancanglah simbol berbentuk api yang dikelilingi pagar. Masih ingat, pada 31 Agustus 1997 lalu, di terowongan itulah Putri Diana menemui ajalnya. Sampai sekarang banyak pengagum Putri Diana meninggalkan bunga di sekitar monumen kecil itu. Sungguh menarik, mengingat Putri Diana bukan orang Perancis. Tapi Paris menyadari betul daya tarik Putri Diana. Ada saja turis yang singgah di situ. Sekadar untuk berfoto, menaruh bunga, atau merenungi perjalanan Sang Putri.
Yang dilakukan Paris mungkin sederhana. Hanya membentuk tanda zig-zag atau simbol api, apa susahnya? Tapi yang sederhana itu yang menjadikan Paris salah satu kota tujuan wisata favorit di Eropa. Malah mungkin paling favorit. Yang sederhana itu membuat pemerintah Paris mengantongi keuntungan banyak. Kabar baik lain, keuntungan itu digunakan untuk merawat objek-objek wisata. Tidak terhitung betapa banyak tempat yang bisa diklasifikasikan sebagai objek wisata di Paris. Menara Eiffel, Arc de Triomphe, Katedral Notre Dame, Sacr� Coeur, Montmartre, Champs-Elys�es, Museum Louvre, Sungai Seine, Moulin Rouge, Versailles, itu sudah pengetahuan umum. Belum lagi yang kurang terpublikasi tapi tak kalah menarik, seperti Jardin de Tuileries, Jardin de Luxembourg, Obelisk di Place de la Concorde, Pantheon (makam Napoleon), Mus�e d'Orsay, Taman Buttes-Chaumont, P�re Lachaise (bahkan makam pun bisa dikomersialkan, seperti makam Jim Morrison misalnya), Masjid Paris, Op�ra, Com�die Fran�aise, ibunya patung Liberty di NY, La Defense yang modern, Stadion Saint-Denis, PSG, monumen di Pont d'Alma, Promenade Plant�e yang dipakai syuting Before Sunset, begitu beragam dan susah  saya ingat satu per satu! Untuk menambah daya tarik, bahkan pintu masuk sebuah stasiun metro dirias dengan lampu-lampu berwarna-warni dan stasiun metro lain dihiasi patung-patung replika Museum Louvre. Saking banyaknya objek yang berharga, perjalanan saya di Paris 3 kali belum mencakup seluruh tempat (kata teman saya, sombongnyaaaaa, hahaha). Saya akan kembali, insya Allah.


Demikianlah Artikel Cerita Berlibur Paris yang Menghargai Sejarah - RiangRia Blog

Sekianlah artikel Cerita Berlibur Paris yang Menghargai Sejarah - RiangRia Blog kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Cerita Berlibur Paris yang Menghargai Sejarah - RiangRia Blog dengan alamat link http://riangria-alien.blogspot.com/2010/09/cerita-berlibur-paris-yang-menghargai.html

Komentar